Beberapa peserta workshop nampak terkejut dan merasa terkecoh saat ditunjukkan ada satu buah buku tampil dengan dua judul berbeda. Judul buku itu adalah The Man Who Loved China dan Bomb, Book and Compass.
Keduanya terbit di negara yang berbeda dan ditulis oleh seorang penulis bernama Simon Winchester. Judul pertama terbit di Amerika dan judul kedua di Inggris. Demikian sebuah contoh kasus yang dipresentasikan Tanudi, salah seorang koordinator penerbit di Kelompok Agromedia, dalam rangkaian workshop seputar critical point sampul buku Selasa pagi kemarin (12/05/09).
Bukan perkara mudah untuk membuat sebuah judul yang memikat pembaca. Sebab, tidak ada formula yang baku. Bahkan, menurut Julie Grau, direktur co-editor dari Riverhead mengatakan, judul adalah suatu yang aneh dan misterius serta menggugah rasa ingin tahu.
Wicaksono juga mengingatkan, khususnya pada buku-buku non-fiksi, agar judul ditulis jelas dan tegas. Berbeda dengan buku fiksi yang lebih longgar. Nah, bagaimana cara mengunduh dan mendapatkan judul yang bagus? “Bermain-mainlah,” jawab bloger yang aktif sejak tahun 2006. Ia melanjutkan, “Lewat bermain-main, inspirasi bisa datang tiba-tiba, namun tetap harus ingat deadline.”
“The journey starts from the back,” ungkap Windy ketika menjelaskan bagian dari tujuan dan fungsi blurb atau back cover. Artinya, petualangan pembaca dalam memahami isi sebuah buku dimulai dari blurb-nya. Blurb inilah yang menjelaskan bagian dari isi atau inti suatu buku.
Atas fungsi dan peran blurb yang begitu penting dalam penerbitan buku, tentu tidak bisa dibuat secara sembarangan. Tapi, harus mengikuti beberapa kaidah tertentu agar menghasilkan blurb yang mengenai sasarannya. “Blurb harus memancing rasa ingin tahu pembaca, memikat hati pembaca, dan mendorong orang untuk membeli,” jelas Windy.
Pada poin lainnya, blurb juga mesti menggunakan bahasa yang jelas dalam menyampaikan suatu inti kalimat. Seorang editor juga mesti bisa menjanjikan suatu manfaat atau hal yang bisa didapatkan dari buku tersebut kepada pembaca dari blurb yang dibuatnya. Jika tidak, tentu tidak akan memancing ketertarikan pembaca untuk membaca isi buku tersebut.
Pada sesi ini, Windy juga membuka sharing kepada peserta dalam mengolah redaksional pembuatan blurb. Peserta cukup antusias mengakali dan meramu kalimat dari contoh-contoh blurb yang sudah diberikan pada lembaran makalah yang dibagikan. Fantastis! Hanya tempo sekejap, peserta sudah memahami bagaimana membuat blurb yang baik.
Acara pelatihan ini cukup memberikan wawasan yang berharga bagi para peserta. Mereka bisa lebih melek dan mempertajam kembali kemampuan mereka untuk mengolah sebuah buku menjadi sajian yang menarik bagi pembacanya.
Selanjutnya, pada sesi terakhir, giliran Lukito A.M memberikan pengertian luas dalam memahami cover atau sampul. Ia menjelaskan, cover itu ibarat baju bagi sebuah buku dan ibarat pintu yang mengantarkan pembaca ke dalam isi buku. Oleh sebab itu, pembuatan cover harus sempurna sesuai kaidah dan fungsinya.
Pria yang biasa disapa Luluk ini juga mempresentasikan makna dan fungsi cover. “Fungsi cover ialah agar buku terlihat menarik, menjadi pembeda dari buku-buku lainnya, dan menyampaikan pesan isi buku,” jelasnya. Namun, pembuatan cover fiksi dan non-fiksi tidaklah sama. Sebab, keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. “Cover buku fiksi biasanya bermain imajinasi, penggambaran alur cerita, berisi poin-poin penting dan adegan paling menarik, dan ketokohan cerita isi buku,” tambahnya.