Ketawa Gokil Bareng si Boss

Jurang antara Boss dengan karyawan sudah sering dibahas dalam berbagai artikel bisnis dan karir. Ditinjau dari segala segi, termasuk spiritual (dikaitkan dengan kepemimpinan). Tapi fakta itu kini hadir secara nyata dalam sebuah buku curhatan seorang pegawai nun jauh di negeri jiran, yang notabene berboss-kan rekan setanah air. Saya makin terpikat membacanya karena pernah menuliskan hal yang kurang lebih sama dalam sebuah artikel beberapa tahun lampau.

Chaos@Work membeberkan jatuh bangun berhadapan setiap hari dengan atasan yang membingungkan dengan segala instruksinya. Keras kepalanya, sikap pencuriganya, yang diberlakukan pada semua karyawan (baca: rekan-rekan sekantor sang penulis juga tentunya). Saya terbahak-bahak membaca kisah si boss yang sok luar negeri ketika berhadapan dengan klien yang ternyata bahkan sejak lahir sudah menginjak tanah Amerika, pamer GPS, dan beranggapan bahwa segala sesuatu bisa ditawar–termasuk masalah imigrasi. Maafkan saya Chaos@work, karena tertawa di atas penderitaanmu yang mungkin sekali sekarang belum berakhir.

Penulis tidak berusaha keras melucu, jadi tulisannya mengalir alami dan enak disimak. Dunia kerja yang relatif unik (terkait alat-alat berat dan otomotif?) ditambah keragaman budaya di Malaysia menambah daya tarik buku ini. Jadi tau deh kalo ‘melulu’ itu artinya ‘asal-asalan’, padahal pernah juga diajarkan beberapa patah bahasa Malaysia oleh seorang teman baik yang tinggal di sana.

Tawa saya meledak paling keras di cerita ‘Kita Kan Sebangsa Setanah Air’ (hal. 189). Salut pada ilustratornya yang menggambarkan dengan tepat suami penulis yang tercengang sekaligus tak kuat ngikik melihat kelakuan ajaib si Boss (kenyataannya, memang banyak privasi karyawan yang terlanggar–sengaja atau tidak). Saya sangat terhibur karena pernah mendapati beberapa sosok yang persis gambaran buku ini.

Pendek kata: seger dan lucu banget. Jarang-jarang cewek bisa nulis kayak gini.

 
Judul: My Stupid Boss 
Penulis: Chaos@work
Penerbit: Gradien
Tebal: 200 halaman
Cetakan: I, 2009

Peresensi: Rini Nurul Badariah
http://sinarbulan.multiply.com/