Mengenang Sang Ompung Odong-Odong; Mula Harahap

Rasa kehilangan itu muncul di hati setiap orang yang mengenal sosok Mula Harahap. Pria gondrong dengan nama lengkap Armyin Mulauli Harahap harus “menghadap” Sang Pencipta pada Kamis, 16 September 2010 lalu. Seakan tidak percaya, semua orang yang dekat dengannya mungkin hanya mampu mengucap, “Ah, masa sih?”

Pagi nan cerah di hari itu, menjadi hari mengejutkan—khususnya bagi dunia perbukuan—karena kehilangan salah satu sosok pegiatnya. Mula Harahap yang terkenal dengan pemikiran dan ide briliant-nya harus meninggalkan kita semua.

Tidak ada lagi sosok seorang guru, sahabat, atasan, dan pegiat buku yang low profile ini. Tidak ada lagi sosok kakek yang selalu membanggakan cucu-cucunya. Namun kepergiannya bukan untuk diratapi. Bukan pula untuk terus menerus ditangisi.

Kenangan akan Mula Harahap masih akan terus hadir di hati masing-masing kerabat dan sahabatnya. Tidak hanya dalam balutan memori, tetapi juga dalam bentuk nyata sebuah buku berjudul Ompung Odong-Odong yang diterbitkan oleh Gradien Mediatama.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan Mula Harahap yang diambil dari blog http://mulaharahap.wordpress.com dan Facebook-nya. Semasa hidupnya, ayah dua orang anak ini mengaku termasuk orang yang gaptek. Meski demikian, gapteknya beliau saja mampu membuat puluhan bahkan ratusan tulisan yang mengundang decak kagum, senyum simpul, haru, bahkan bangga akan dirinya.

Buku setebal 336 halaman ini tidak hanya berisi cerita Mula tentang kesehariannya saja. Tetapi juga berisi tentang kisah keluarga, anak, cucu, fenomena sosial yang sedang terjadi, tentang bangsa ini, kisah seputar kegiatan keagamaannya, hingga masa kecilnya dulu.

Melalui buku ini, kita diajak untuk melihat sisi lain kehidupan seorang Mula Harahap. Mengenal kejujuran, keunikan, dan gayanya yang kritis dalam segala hal. Membaca buku ini sama artinya dengan kita membaca kehidupannya.

Bertepatan dengan hadirnya buku ini, jangan lewatkan pula acara launching-nya pada hari Sabtu, 02 Oktober 2010 setelah pembukaan Indonesia Book Fair 2010 di Istora Senayan Bung Karno, Jakarta.

Selamat jalan, Bung! Kau akan tetap hidup di hati para kerabat dan sahabatmu.