Menonton…Lalu Membaca Novel Medley

Benarkah apa yang kita impikan seindah dengan realitas yang terwujud?
 
Kabarnya memang demikian, bahwa keindahan mimpi hanya ada saat kita memimpikan. Selebihnya, setelah mendapatkan, tak sebaik dan seindah saat membayangkan atau memikirkan. Seperti yang terjadi dalam film Medley. Impian Aditya yang ditata secara surealis (ada juga yang menyebut sebagai film drama fantastis) oleh Franklin Darmadi, Sang sutradara ternyata menjadi lain saat Aditya diberi kesempatan merubah nasibnya.
 
Seperti impian standar di benak banyak orang : karier, pasangan hidup, dan status sosial pun memadati pikiran Aditya menjelang usianya yang ke 30. Aditya sepertinya sebuah cerminan realitas sosial di kota metropolitan Jakarta. Tengoklah juga keinginan Aditya saat tergiur dengan jam tangan seharga sepuluh juta. Pun ketika ia bertemu Gatot, presiden di perusahaan multinasional yang ternyata telah sukses ketimbang Aditya.
 
Perasaan tersaingi dan iri dengan kehidupan orang lain menghinggapi diri Aditya. Nah, ketidakpuasaan pada kehidupan saat ini membuat Aditya terbebani dan stres. Emosinya kian menjadi ketika sampai di rumah. Maya, isteri Aditya yang diperankan oleh Rachel Maryam, melihat gelagat suaminya kian parah. Hingga suatu saat Aditya diberi kesempatan untuk menjajal keinginan-keinganannya yang terpendam.
 
“Jikalau saya melanjutkan sekolah ke Belanda, menikah dengan Fiona Jansen, dan berumah mewah.“ Demikian kira-kira sepenggal  pikiran Aditya yang diperankan Yosi Mokalu, salah satu personil dari P Project. Wuss..Dan sekuen kehidupan Aditya pun berubah. Ia menemukan dirinya menikah dengan Fiona dan kehidupannya pun berubah total. Namun, Aditya tambah bingung dan kaget ketika apa yang ia harapakan ternyata hanya kehampaan. Dan ia berusaha mengembalikan kehidupannya yang sebelumnya.
 
Film Medley lengkap dengan novel adaptasinya—dengan judul yang sama–kiranya telah sebulan lebih beredar di masyarakat. Sambutan yang datang dari para pekerja media ketika launching pada 13 November bulan lalu pun tergolong luar biasa. Yang pasti ada gregret  tersendiri ketika menonton pertama kali di bioskop 21 Plaza Semanggi Jakarta. Film yang dibintangi Yosi Mokalu, Rachel Maryam, Imelda Therinne, Alexandra Gottardo, Magdalena, dan Ferry Ardiansyah, serta aktor senior kenamaan Alex Komang ini memberikan nuansa alternatif bagi film Indonesia. Dan, banyak pula pesan moral yang diberikan dalam film Medley.
Sepertinya testimoni dari Dra. Ratih Andjayani Ibrahim, MM. Psikolog dalam back cover novel Medley sangat cocok. Ratih mengatakan bahwa, “Tanpa menggurui, Medley mengajak kita bercermin dan bertemu dengan kebenaran nurani. Melalui Medley kita belajar tentang integritas, kesejatian diri, cinta, dan harapan.”
 
Ya, sepertinya akan lebih pas, jika setelah menonton lalu membaca novel adaptasinya. Film ini berkisah tentang bagaimana menghargai kehidupan. Bagi yang telah berkeluarga, film ini amat menggugah. Bagi yang masih mencari-cari pasangan hidup, bisa mengambil pelajar yang berharga dan akan lebih hati-hati dalam menjalani hidup. Mungkin Anda bisa tertawa, bersedih, dan terharu. Ya sebuah hiburan yang lengkap dan membuat kita merenung.
Yang pasti setelah menonton Medley, tak ada salahnya menyimak lagi novel Medley, Garis Batas Impian Lelaki.