Sayangnya, kita tidak bisa menyangsikan datangnya cinta. Begitu pun dengan Livvy. Pertama kali bertemu Xander di restoran tempat ia bekerja, jantung Livvy langsung berdegub kencang. Ketampanan Xander seolah menjadi daya magnet bagi mata Livvy saat mereka bertatapan.
Meski sudah menolak, namun perasaan Livvy mengkhianati dirinya sendiri. Belum lagi usaha Xander yang begitu gigih untuk mengenal Livvy lebih dekat. Akhirnya, Livvy pun menyerah pada perasaan yang dimilikinya terhadap Xander.
Waktu yang sebentar bukan alasan bagi Livvy untuk tidak mencintai pria Amerika itu. Bahkan, Livvy benar-benar merelakan segalanya untuk Xander. Memujanya sepenuh hati dan mencintainya sepenuh jiwa.
Begitu pula dengan Xander. Meski belum yakin dengan perasaannya terhadap Livvy, namun keinginan untuk bersama gadis Indonesia itu sangatlah tinggi. Bahkan jika ia tidak bertemu Livvy sehari saja, hidupnya terasa sangat kurang.
Cinta memang memabukkan. Cinta juga begitu menghanyutnya. Meski demikian, riak permasalahan tidak akan berhenti untuk mengacaukan segalanya. Cinta Livvy dan Xander belum cukup kuat untuk menghalau datangnya badai yang datang tiba-tiba di saat mereka sedang merintis kebahagiaan.
Satu ketidakjujuran menjauhkan dan menyakiti mereka. Seolah tanpa belas kasihan, cobaan selanjutnya datang bertubi-tubi menghancurkan segenap impian.
Forever Mine ditulis secara menyentuh dan mendalam oleh Cherry Zhang. Cerita cinta yang begitu sarat akan permainan kata-kata dan emosi yang membuat pembaca terhanyut di dalamnya. Novel terbitan Gradien Mediatama ini begitu mengharukan, mendebarkan, sekaligus membuat kita terenyuh di dalamnya.
Konflik antarpasangan yang kerap terjadi membuat kita berkaca, betapa cinta saja tidak cukup untuk mengarungi sebuah hubungan. Kejujuran, pengertian, penerimaan, dan ketulusan menjadi faktor lain yang cukup menentukan terciptanya sebuah kebahagiaan.