Menggenggam Harapan: Kisah Seorang Anak yang Menjadi Tulang Punggung Keluarga

ayah ini arahnya kemana ya khoirul trian

Kehidupan sebagai generasi milenial sering kali diwarnai dengan tekanan yang datang dari berbagai arah. Salah satunya adalah peran sebagai tulang punggung keluarga, di mana banyak dari kita yang merasa harus mengorbankan diri demi orang lain. Tak jarang, kita merasa lelah, bingung, dan bahkan hilang arah. Namun, ada banyak pelajaran berharga yang bisa diambil dari perjalanan ini.

Khoriul Trian, seorang penulis yang baru saja merilis buku terbarunya berjudul Ayah Ini Arahnya ke Mana Ya, berbagi kisah tentang bagaimana dirinya sebagai anak harus berjuang keras untuk keluarganya. Sampai saat ini buku ini telah terjual 26.000 eksemplar, mencatat penjualan bestseller dalam waktu cepat.

BACA JUGA : 7 Hari Langsung Bestseller: Perjalanan Kak Trian dan Buku Ayah, Ini Arahnya ke Mana Ya? –

Dalam kisah ini, Trian mengungkapkan perasaan yang sering dirasakan oleh banyak milenial, terutama mereka yang harus menjadi tumpuan hidup bagi orang tua. Rasa capek, bingung, dan bahkan kehilangan arah kerap menghampiri, tetapi ada satu hal yang tidak boleh dilupakan: kita tidak berjuang hanya untuk diri kita sendiri.

Trian menekankan bahwa menjadi tulang punggung keluarga bukanlah tugas yang mudah. Terkadang, meskipun kita sudah berusaha keras, hasil yang didapatkan tidak selalu sebanding. Namun, seperti yang diungkapkan Trian, perjuangan ini bukanlah untuk diri sendiri semata. Kita berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi orang tua, adik, dan keluarga yang kita cintai. Tentu saja, ini membutuhkan kekuatan yang tidak sedikit.

Namun, Trian juga mengingatkan kita bahwa meskipun harus kuat untuk orang lain, kita tidak boleh melupakan diri sendiri. Kesehatan, baik fisik maupun mental, sangat penting dalam menjalani hidup yang penuh tantangan ini. Milenial seringkali terlalu sibuk dengan pekerjaan dan tanggung jawab lainnya, hingga lupa untuk menjaga diri. Ini adalah pelajaran yang perlu diingat: jangan biarkan dirimu terjebak dalam rutinitas yang menguras energi tanpa memberi ruang untuk diri sendiri.

Selain itu, Trian juga berbicara tentang rasa rindu terhadap masa kecil yang penuh keceriaan dan kebersamaan dengan keluarga. Rasa rindu ini mengingatkan kita bahwa hidup yang penuh tekanan bukanlah hal yang ingin kita alami terus-menerus. Namun, kita juga tahu bahwa perjalanan hidup ini tak bisa dihindari. Sebagai generasi milenial, kita harus siap menghadapi kenyataan dan terus berjuang meski banyak hal yang berubah.

Pesan utama yang bisa kita petik dari cerita ini adalah pentingnya untuk tetap bertahan dan menjaga kesehatan mental, meskipun hidup terasa berat. Sebagai anak yang menjadi tulang punggung keluarga, kita memang harus kuat, tetapi kita juga harus menjaga keseimbangan dalam hidup. Jangan biarkan perjuangan untuk orang lain mengorbankan diri kita sendiri. Kita berhak untuk bahagia dan merawat diri.

Jika kamu merasa lelah dan butuh dukungan, ingatlah bahwa kamu tidak sendirian. Kita semua berjuang dengan cara kita masing-masing, dan itu sudah cukup.

Simak kisah selengkapnya dalam buku Ayah, Ini Arahnya Ke mana Ya? Dapatkan di toko buku Gramedia dan marketplace kesayangan kamu.

Yuk membeli buku yang asli, bukan buku bajakan, ini merupakan bentuk apresiasi terhadap penulis dan penerbit, serta ekosistem perbukuan di Indonesia.

ayah ini arahnya kemana ya

 

Artikel di atas dari YouTube Catatan Khoirul Trian

 

Fonologi, Ubah Bunyi untuk Hadirkan Kemudahan Belajar Membaca

anak kecil belajar baca tulis

Fonologi, Ubah Bunyi untuk Hadirkan Kemudahan Belajar Membaca

Pengenalan belajar membaca yang baik dan menyenangkan memungkinkan bisa menstimulus anak terus menggemari aktivitas membaca. Harapannya aktivitas ini bisa menciptakan hobi yang positif hingga kelak ia dewasa. Sebaliknya bila salah pendekatan atau terlalu berambisi agar anak ingin cepat bisa membaca, maka memungkinkan anak-anak menjadi tertekan dan beranggapan membaca itu adalah hal yang tidak menyenangkan.

Bagaimana pengenalan belajar yang menyenangkan? Agar tidak membebani anak, gunakan durasi maksimal 12 menit per hari. Rutin dilakukan di waktu yang sama, hingga terbentuk menjadi jadwal dan kebiasaan bagi anak. 12 menit waktu yang akomodatif pada kondisi usia anak yang cenderung cepat bosan jika disuguhkan berlama-lama. Tidak terlalu pendek dan tidak terlalu lama bagi anak. Sebab umumnya, kondisi anak di bawah lima tahun, seperti yang kita ketahui lebih banyak bermain secara fisik dan mudah teralihkan perhatiannya.

Pendekatan Belajar Membaca dengan Ilmu Bunyi (Fonologi)

Cara yang natural memperkenalkan kata dan tulisan untuk anak biasanya menggunakan metode visual atau gambar. Fokus di gambar dan di dekatnya terdapat kata yang mewakili. Harapannya anak bisa menyebutkan dan menghafalkan tulisan/kata yang terdapat dalam lembaran atau poster tersebut.

Sementara agar anak banyak mengenal ujaran dan kosakata baru, mereka dibiasakan diajak mendengarkan, baik di lingkungan rumah maupun sekolah. Semakin kaya akan kosakata di masa balita, anak punya kecenderungan mudah berkomunikasi. Output nya secara alami anak akan dilatih belajar berbicara. Banyak mendengarkan, berlatih berbicara dan bertutur. Maka ayah dan bunda, banyaklah membagikan cerita dan membacakan dongeng agar “syaraf bahasa” anak berkembang.

Lalu bagaimana dengan cara mengajarkan baca? Nah, untuk belajar membaca bunda perlu memandu anak-anak agar banyak memperlihatkan huruf, suku kata, dan kata. Bunda menyebutkan, anak mengulang. Namun metode klasik seperti itu memungkinkan anak mudah lupa huruf.

Kang Yuswan, lulusan Magister Linguistik dari Universitas Indonesia, coba membagikan metode belajar membaca dalam buku terbarunya “Mudah Belajar Membaca Metode Segitiga AIU”. Buku yang diterbitkan oleh Gradien ini coba mennggunakan rumus segitiga, huruf vokal AIU dengan cara simuktis (sistematis, mudah, dan praktis).

Rumusnya segitiga, AIU. Tiga huruf vokal yang akan diartikulasikan dan asosiasikan dalam rumusan belajar membaca. Kini, belajar membaca manjadi lebih mudah dengan metode yang ditawarkan oleh Yuswan, penulis buku Mudah Belajar Membaca Metodi Segitiga AIU. Saatnya mengulik bunyi untuk melancarkan belajar membaca di tingkatan usia balita.

Ternyata bukan hanya belajar berhitung yang memiliki banyak “jalan”. Belajar membaca dari nol pun punya aneka metode. Tidak perlu khawatir dengan jika anak bunda belum bisa membaca di usia pra sekolah, buku rujukan ini bisa dijadikan panduan untuk mendampingi anak-anak belajar membaca.

Silakan temukan buku Mudah Belajar Membaca Metode Segitiga AIU di toko buku Gradien dan toko buku daring.

Foto: unsplash.com