Menggenggam Harapan: Kisah Seorang Anak yang Menjadi Tulang Punggung Keluarga

ayah ini arahnya kemana ya khoirul trian

Kehidupan sebagai generasi milenial sering kali diwarnai dengan tekanan yang datang dari berbagai arah. Salah satunya adalah peran sebagai tulang punggung keluarga, di mana banyak dari kita yang merasa harus mengorbankan diri demi orang lain. Tak jarang, kita merasa lelah, bingung, dan bahkan hilang arah. Namun, ada banyak pelajaran berharga yang bisa diambil dari perjalanan ini.

Khoriul Trian, seorang penulis yang baru saja merilis buku terbarunya berjudul Ayah Ini Arahnya ke Mana Ya, berbagi kisah tentang bagaimana dirinya sebagai anak harus berjuang keras untuk keluarganya. Sampai saat ini buku ini telah terjual 26.000 eksemplar, mencatat penjualan bestseller dalam waktu cepat.

BACA JUGA : 7 Hari Langsung Bestseller: Perjalanan Kak Trian dan Buku Ayah, Ini Arahnya ke Mana Ya? –

Dalam kisah ini, Trian mengungkapkan perasaan yang sering dirasakan oleh banyak milenial, terutama mereka yang harus menjadi tumpuan hidup bagi orang tua. Rasa capek, bingung, dan bahkan kehilangan arah kerap menghampiri, tetapi ada satu hal yang tidak boleh dilupakan: kita tidak berjuang hanya untuk diri kita sendiri.

Trian menekankan bahwa menjadi tulang punggung keluarga bukanlah tugas yang mudah. Terkadang, meskipun kita sudah berusaha keras, hasil yang didapatkan tidak selalu sebanding. Namun, seperti yang diungkapkan Trian, perjuangan ini bukanlah untuk diri sendiri semata. Kita berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi orang tua, adik, dan keluarga yang kita cintai. Tentu saja, ini membutuhkan kekuatan yang tidak sedikit.

Namun, Trian juga mengingatkan kita bahwa meskipun harus kuat untuk orang lain, kita tidak boleh melupakan diri sendiri. Kesehatan, baik fisik maupun mental, sangat penting dalam menjalani hidup yang penuh tantangan ini. Milenial seringkali terlalu sibuk dengan pekerjaan dan tanggung jawab lainnya, hingga lupa untuk menjaga diri. Ini adalah pelajaran yang perlu diingat: jangan biarkan dirimu terjebak dalam rutinitas yang menguras energi tanpa memberi ruang untuk diri sendiri.

Selain itu, Trian juga berbicara tentang rasa rindu terhadap masa kecil yang penuh keceriaan dan kebersamaan dengan keluarga. Rasa rindu ini mengingatkan kita bahwa hidup yang penuh tekanan bukanlah hal yang ingin kita alami terus-menerus. Namun, kita juga tahu bahwa perjalanan hidup ini tak bisa dihindari. Sebagai generasi milenial, kita harus siap menghadapi kenyataan dan terus berjuang meski banyak hal yang berubah.

Pesan utama yang bisa kita petik dari cerita ini adalah pentingnya untuk tetap bertahan dan menjaga kesehatan mental, meskipun hidup terasa berat. Sebagai anak yang menjadi tulang punggung keluarga, kita memang harus kuat, tetapi kita juga harus menjaga keseimbangan dalam hidup. Jangan biarkan perjuangan untuk orang lain mengorbankan diri kita sendiri. Kita berhak untuk bahagia dan merawat diri.

Jika kamu merasa lelah dan butuh dukungan, ingatlah bahwa kamu tidak sendirian. Kita semua berjuang dengan cara kita masing-masing, dan itu sudah cukup.

Simak kisah selengkapnya dalam buku Ayah, Ini Arahnya Ke mana Ya? Dapatkan di toko buku Gramedia dan marketplace kesayangan kamu.

Yuk membeli buku yang asli, bukan buku bajakan, ini merupakan bentuk apresiasi terhadap penulis dan penerbit, serta ekosistem perbukuan di Indonesia.

ayah ini arahnya kemana ya

 

Artikel di atas dari YouTube Catatan Khoirul Trian

 

7 Hari Langsung Bestseller: Perjalanan Kak Trian dan Buku Ayah, Ini Arahnya ke Mana Ya?

khoirul trian

Halo, teman baca! Artikel berikut ini diambil dari podcast Behind the Book, siniar tempat kita menyelami lebih dalam proses kreatif di balik sebuah buku. Episode kali ini terasa istimewa karena kita kembali menghadirkan Kak Trian, penulis yang telah sukses menjadikan bukunya, Ayah, Ini Arahnya ke Mana Ya?, sebagai bestseller hanya dalam waktu tujuh hari. Ini adalah kali ketiga Kak Trian bergabung di siniar ini, dan pencapaiannya kali ini sungguh menginspirasi.

Perjalanan Panjang Menuju Kesuksesan

Ketika ditanya apakah kesuksesan ini mengejutkan, Kak Trian dengan jujur mengungkapkan bahwa meskipun optimis, perjalanan ini bukanlah tanpa lika-liku. Ia berbagi bahwa selama beberapa tahun terakhir, ia telah mengalami berbagai fase berat, termasuk kegagalan dalam lima buku sebelumnya. Namun, baginya kegagalan bukanlah akhir, melainkan bagian dari proses.

“Aku selalu merasa setiap buku yang kutulis mendapat porsi usaha 100%. Namun, kali ini mungkin doa ibu yang membuat perbedaan besar,” ujarnya, penuh haru.

Buku yang Menyentuh Banyak Hati

Apa yang membuat Ayah, Ini Arahnya ke Mana Ya? begitu spesial? Kak Trian menjelaskan bahwa buku ini bukan hanya kisah tentang seorang anak yang kehilangan peran ayah, tetapi juga menggambarkan perspektif ayah yang kehilangan peran anak. Buku ini mencoba memberikan sudut pandang yang seimbang, membahas hubungan antara orang tua dan anak dari dimensi masa lalu, masa kini, dan masa depan.

“Kita sering lupa bahwa orang tua kita hidup di zaman yang berbeda. Kita menuntut mereka memahami dunia kita tanpa mencoba memahami dunia mereka dulu,” kata Kak Trian.

Manifestasi Sebuah Nama

Menariknya, nama “Trian” sendiri memiliki makna mendalam. Ayahnya memberikan nama itu sebagai doa agar ia menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Kak Trian melihat nama ini sebagai dorongan untuk terus berkarya dan berbagi lewat tulisan-tulisannya.

Strategi di Balik Kesuksesan

Ketika membahas strategi, Kak Trian menekankan pentingnya konsistensi dan keikhlasan dalam setiap proses. Ia percaya bahwa setiap hari adalah kesempatan baru untuk berusaha sebaik mungkin. Selain itu, ia juga merasa bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari doa dan dukungan keluarga, terutama sang ibu.

Pesan Mendalam untuk Pembaca

Melalui buku ini, Kak Trian ingin mengingatkan pembacanya tentang pentingnya menghargai perbedaan generasi dan menerima takdir sebagai bagian dari ujian kehidupan. Sebuah pesan yang sangat relevan dan menyentuh, terutama bagi mereka yang tengah menghadapi dinamika keluarga.

“Ayah, Ini Arahnya ke Mana Ya?” bukan hanya sebuah buku, tetapi juga pelukan hangat bagi siapa saja yang merasa lelah dan kehilangan arah. Semoga kisah ini bisa menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang dan menemukan kebahagiaan dalam prosesnya. Kamu sudah membaca buku ini? Bagi yang belum, yuk temukan di toko buku Gramedia atau toko buku online.

 

ayah ini arahnya kemana

 

Kisah di Balik Buku Keenam Khoriul Trian: Doa Ibu dan Pesan Tentang Ayah

Khoirul seorang penulis muda yang telah menelurkan lima buku sebelumnya, kembali hadir dengan karya keenamnya yang mengangkat tema keluarga. Kali ini, ia memilih fokus pada sosok ayah, peran yang seringkali terlupakan atau hanya dilihat dari permukaan. Namun, ada kisah menarik di balik lahirnya buku ini. Trian merasa keberhasilan proses kreatifnya tidak lepas dari doa sang ibu, yang selalu hadir di setiap langkah hidupnya.

Dalam buku terbarunya, Trian mengajak pembaca menyelami tiga dimensi waktu: hari ini, nanti, dan esok. Ia ingin menunjukkan bagaimana luka, peran, dan persiapan masa depan keluarga saling berkaitan. Melalui berbagai cerita yang dirangkum dengan gaya naratif khasnya, Trian berusaha menghadirkan perspektif yang seimbang antara peran ayah dan anak, serta bagaimana hubungan tersebut dibentuk oleh dinamika waktu dan pengalaman hidup.

Trian mengaku bahwa kisah-kisah dalam buku ini banyak terinspirasi dari pengalaman pribadinya. Salah satu momen yang ia bagikan adalah rasa kecewa saat mengetahui ayahnya lupa ulang tahunnya. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai memahami bahwa di masa ayahnya tumbuh dewasa, perayaan ulang tahun bukanlah sesuatu yang dianggap penting. Perspektif ini memberinya pelajaran bahwa perbedaan generasi kerap membentuk cara pandang yang berbeda dalam menilai sebuah hubungan.

Buku ini juga menjadi refleksi bagi Trian tentang sosok ayahnya. Meski hanya berpendidikan hingga sekolah dasar, ayahnya adalah simbol keteguhan dan pengorbanan. Trian melihat bagaimana ayahnya berjuang keras, mengorbankan mimpi pribadinya demi memastikan adik-adiknya bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Sebagai anak laki-laki satu-satunya, Trian kerap dihadapkan pada ekspektasi yang tinggi, yang di satu sisi membentuk karakter tangguh, namun di sisi lain juga menimbulkan jarak emosional dengan sang ayah.

Meski hubungan mereka tidak selalu mulus, Trian menyadari bahwa setiap keputusan yang diambil ayahnya selalu didasari niat baik. Dalam tulisannya, ia menggambarkan ayah sebagai sosok yang mungkin tidak selalu mampu mengekspresikan cinta dengan kata-kata, namun menunjukkan kasih sayangnya melalui tindakan kecil yang sering luput dari perhatian.

Melalui buku ini, Trian berharap pembaca dapat merenungkan kembali peran ayah dalam hidup mereka. Ia ingin menekankan bahwa orang tua, dengan segala keterbatasan dan kekurangannya, tetaplah manusia yang berusaha memberikan yang terbaik sesuai dengan pemahaman mereka. Buku ini juga mengajak pembaca untuk belajar memaafkan dan memahami bahwa tidak ada hubungan yang sempurna, tetapi selalu ada ruang untuk memperbaiki dan menghargai momen bersama.

Bagi Trian, buku keenamnya ini bukan hanya sekadar karya, tetapi juga bentuk penghargaan atas perjalanan hidupnya bersama keluarga. Ia berharap karyanya dapat menjadi medium refleksi bagi para pembaca, khususnya generasi milenial, yang tengah berupaya memahami dinamika hubungan keluarga di tengah perubahan zaman. Dengan gaya bahasa yang hangat dan menyentuh, buku ini menjadi pengingat bahwa keluarga, meski penuh konflik dan perbedaan, selalu menjadi tempat kita kembali.

 

 

Apa Makna Ayah bagi Khoirul Trian?

Khoirul Trian, penulis buku bestseller Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya?—Anak Kecil Ini Kehilangan Jalan Pulangnya, menggambarkan ayah sebagai sosok penting yang membentuk dirinya. Dalam sebuah wawancara, Trian mengungkapkan bahwa ayah adalah alasan keberadaannya di dunia, seseorang yang menjadi refleksi dirinya. Ia sering disebut sebagai “fotokopian” ayahnya, baik dari segi fisik maupun sifat. Hal ini menjadi kebahagiaan tersendiri baginya, meski di saat tertentu dapat memicu konflik karena karakter keras kepala yang serupa.

Trian menceritakan kekagumannya pada ayah yang merupakan bagian dari *sandwich generation*. Ayahnya, anak kelima dari sembilan bersaudara, hanya lulus SD tetapi mampu menyekolahkan adik-adiknya hingga perguruan tinggi. Pengorbanan besar ini dilakukan dengan mengubur mimpinya sendiri, bekerja serabutan seperti berjualan pisang di pasar. Bagi Trian, ayahnya adalah simbol kehebatan dan tanggung jawab.

Lebih dari itu, Trian mengapresiasi cara ayahnya mendidik. Sang ayah tidak memberinya instruksi langsung, tetapi membiarkannya belajar dari pengalaman. “Kalau penasaran, coba saja,” ujar Trian, mengutip prinsip ayahnya. Salah satu momen yang berkesan adalah ketika Trian hampir tenggelam saat belajar berenang sendiri di laut. Pengalaman itu mengajarinya bahwa untuk tumbuh, seseorang harus “nyebur dulu” ke dalam tantangan hidup.

Trian juga memberikan pandangan mendalam tentang fenomena *fatherless*. Menurutnya, separuh dari tubuh kita adalah ayah, sehingga sekalipun ayah tidak selalu hadir secara fisik atau emosional, kehadirannya tetap terasa. “Kalau rindu ayah, peluk diri sendiri,” katanya. Dalam bukunya, ia menuliskan, “Tolong titip tubuhmu yang separuhnya tubuh Ayah,” sebagai pengingat bahwa sosok ayah selalu ada dalam diri kita.

Trian juga berbicara tentang keberkahan dari perhatian orang tua yang sering kali disalahartikan sebagai larangan berlebihan. Ia menyadari bahwa kebebasan tanpa arahan terkadang justru membuat seseorang merindukan perhatian.

Lewat karyanya, Trian berusaha menginspirasi pembaca untuk lebih menghargai sosok ayah, baik dalam kehadiran maupun absensinya. Pesan-pesan ini, bersama cerita pribadinya, menjadi refleksi yang mengajak kita merenungkan makna ayah dalam hidup.

Dapatkan buku Ayah Ini Arahnya ke Mana Ya di toko buku Gramedia dan marketplace kesayangan kamu. Eiit, beli buku yang asli, bukan buku bajakan.

 

 

 

 

Merajut Luka Masa Lalu, Membangun Masa Depan: Perjalanan Menyembuhkan Diri Lewat Refleksi dan Parenting

parenting

Ketika berbicara soal pengaruh masa lalu dan pola asuh, kita sering mendengar bahwa pengalaman pribadi bisa membentuk cara seseorang membesarkan anaknya. Hal ini bukan cuma soal bagaimana kita mendidik, tetapi juga bagaimana kita mengolah pengalaman-pengalaman terdahulu agar tidak mengulangi siklus negatif. Banyak orang merasa ketakutan bahwa luka yang belum selesai bisa berdampak pada anak-anak mereka.

 

Contohnya, ada yang mulai menjaga hubungan dengan adik atau anak agar mereka bisa memahami perasaan negatif yang muncul, entah marah, sedih, atau rasa ingin diakui. Dalam prosesnya, seseorang belajar menjadi pendengar, mendengarkan curahan hati mereka tanpa menghakimi. Hal ini tentu tidak mudah dan membutuhkan kesabaran serta kesadaran diri. 

Banyak juga yang merasa ada tekanan dari harapan orang tua, seperti keinginan menjadi TNI demi impian masa kecil yang belum terwujud. Meskipun mungkin terasa berat, beberapa orang tetap berusaha menjalani tes demi memenuhi harapan tersebut, berharap suatu hari bisa mencapai impian itu sambil tetap menjaga keseimbangan batin agar tidak memengaruhi anak-anak atau adik-adiknya.

Perlu diakui, cara mendidik anak di masa lalu dan sekarang memiliki perbedaan besar. Generasi sebelumnya cenderung keras dan disiplin, tetapi saat ini banyak yang mulai menyadari pentingnya pendekatan yang lebih lembut namun tegas. Generasi X mungkin masih memahami bahwa anak tidak harus dididik dengan kekerasan, tetapi dengan kasih sayang dan pemahaman. Sebagian dari kita merasa bersyukur atas pemahaman ini dan berharap generasi berikutnya bisa menerima pendekatan yang lebih bijaksana tanpa kehilangan nilai tegas dalam mendidik.

BACA JUGA : Belajar Ikhlas dan Memaafkan Luka: Kisah Dyta  dalam Menemukan Jati Diri Lewat Tulisan

Membesarkan anak memang menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi yang tumbuh di tengah lingkungan keluarga yang keras. Namun, dari pengalaman itulah kita bisa belajar dan mulai menyesuaikan diri untuk menjadi lebih baik. Saat ini, generasi muda yang semakin peduli terhadap kesehatan mental dan pengembangan diri menjadi cerminan bahwa pengalaman tidak harus diulangi, tetapi bisa dijadikan pelajaran. Banyak yang mulai menyadari bahwa rantai siklus negatif seharusnya bisa dihentikan agar tidak diteruskan kepada anak-anak kita.

Terkadang kita merasa ada kesulitan dalam memperbaiki hubungan dan menerima masa lalu, apalagi jika pengalaman itu menyakitkan. Beberapa orang menganggap bahwa memaafkan atau melupakan adalah hal mudah, tetapi kenyataannya, setiap orang memiliki proses masing-masing dalam menyembuhkan luka batin. Ada yang memilih untuk tidak mengingatnya, namun bagi sebagian orang, luka itu bisa menjadi alasan untuk refleksi diri yang lebih dalam.

Dalam menghadapi perbedaan generasi dan gaya mendidik yang keras, penting bagi kita untuk memisahkan antara “tegas” dan “keras.” Tidak perlu marah atau kasar untuk mendisiplinkan anak, karena ketegasan bisa diterapkan tanpa kekerasan. Hal ini menjadi penting mengingat bahwa energi negatif dapat menular. Jika kita membawa beban emosional yang tidak selesai, energi tersebut bisa saja berdampak pada anak atau adik-adik kita.

Akhirnya, ketika kita berbagi cerita atau pengalaman, baik dalam buku atau diskusi, harapannya adalah agar pembaca bisa melihat keseluruhan gambaran hidup dan menemukan pelajaran dari setiap kisah. Kita berharap mereka bisa merenungkan kembali permasalahan yang mereka alami dan menemukan kekuatan untuk mulai membenahi diri.

Jadi, untuk generasi muda dan milenial, ingatlah bahwa setiap masalah bisa diurai satu per satu. Ada pelajaran yang bisa diambil dari setiap pengalaman, bahkan yang pahit sekalipun. Melalui pemahaman dan kesadaran, kita bisa menjadi versi terbaik dari diri kita dan, yang terpenting, memutus rantai negatif untuk generasi mendatang.

Salah satu pertanyaan mendasar yang bisa temukan adalah, apa saja tantangan parenting di kehidupan modern dan bagaimana refleksi diri dapat membantu orang tua menyembuhkan luka masa lalu serta membangun masa depan yang lebih baik untuk anak-anak mereka?

Jawaban sementara yang bisa kamu temukan adalah soal tantangan parenting di kehidupan modern meliputi tekanan sosial dari media, kesehatan mental yang memengaruhi hubungan orang tua-anak, perubahan dinamika keluarga, keterbatasan waktu, dan pengaruh teknologi. 

Dalam menghadapi tantangan ini, orang tua dapat melakukan refleksi diri untuk coba menyadari dan menyembuhkan luka masa lalu, yang memungkinkan mereka untuk memahami pengalaman pribadi dan mengembangkan empati. Dengan cara ini, mereka dapat membangun pola asuh yang lebih positif dan menjadi teladan yang lebih baik bagi anak-anak, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan emosional.

Artikel di atas diambil dari podcast Behind the Book dengan narasumber penulis buku PASTIKAN IKHLASMU ITU LUAS, Retno Ladyta. Yuk, tonton dan simak lebih lengkap di video berikut ini:

 

https://youtu.be/Svhay_hyz2w?feature=shared

 

 

 

Belajar Ikhlas dan Memaafkan Luka: Kisah Dyta  dalam Menemukan Jati Diri Lewat Tulisan

retno ladyta

Keberadaan buku “Pastikan Ikhlasmu Itu Luas” yang ditulis oleh Retno LaDyta  menawarkan wawasan mendalam tentang perjalanan emosi dan refleksi diri yang penuh tantangan. Dalam podcast Behind the Book, Dyta  berbagi cerita pribadi dan pengalamannya yang menjadi inspirasi utama untuk menulis buku ini. Dengan latar belakang kisah nyata yang emosional, ia menulis untuk memberikan dukungan kepada mereka yang merasakan luka hati dan mengalami kesulitan dalam hubungan pertemanan, keluarga, hingga asmara.

Dyta  mengakui bahwa ide untuk menulis buku ini bermula dari pengalaman-pengalaman hidup yang kompleks, termasuk perpisahan orang tua yang ia alami. Meskipun merasa terluka, ia belajar bahwa ikhlas dan menerima adalah kunci untuk menemukan ketenangan batin. Ketika kisah hidupnya mulai terasa mirip dengan pengalaman banyak perempuan lain, ia merasa didorong untuk berbagi ceritanya melalui buku ini. 

Salah satu pengalaman yang membuatnya semakin bertekad adalah interaksinya dengan para pembaca yang menghubunginya lewat media sosial dan berbagi bagaimana tulisan-tulisannya membuat mereka merasa lebih baik. Dyta pun menemukan bahwa buku bisa menjadi cara untuk menemani dan menyemangati banyak orang, tanpa harus selalu berinteraksi langsung.

Proses menulis buku ini bukanlah perjalanan yang mudah bagi Dyta. Ketika bekerja sama dengan penerbit Gradien, ia mulai menyusun naskahnya dengan serius. Namun, naskah tersebut tidak hanya ditujukan sebagai sekumpulan kutipan; rekan-rekan editor menantang Dyta  untuk menyelami lebih dalam perasaannya dan pengalaman hidup yang ia alami, terutama terkait isu-isu keluarga, persahabatan, dan pandangan masyarakat tentang peran perempuan. Melalui buku ini, Dyta berharap pembaca bisa lebih memahami bahwa tidak semua tekanan untuk menikah atau mengikuti ekspektasi masyarakat harus dituruti jika belum siap.

BACA JUGA : Merajut Luka Masa Lalu, Membangun Masa Depan: Perjalanan Menyembuhkan Diri Lewat Refleksi dan Parenting –

Salah satu momen penting yang diceritakan Dyta dalam podcast adalah tentang kehilangan sahabatnya. Kejadian yang berakhir tragis ini membuatnya semakin menyadari pentingnya menghargai waktu bersama orang-orang terdekat. Dyta belajar bahwa ego yang berlebihan dalam persahabatan bisa menjadi racun. Dia mengenang bagaimana selama setahun tidak saling bertegur sapa dengan sahabatnya, hingga akhirnya teman itu berpulang dalam keadaan yang tak terduga. Rasa penyesalan karena melewatkan waktu yang bisa dihabiskan bersama menyadarkannya akan pentingnya berdamai dengan ego dan melupakan pertikaian kecil dalam hubungan.

Selain kisah pribadi, buku “Pastikan Ikhlasmu Itu Luas” juga menyinggung tentang ketahanan diri dalam menghadapi berbagai tekanan, baik dari keluarga, pertemanan, maupun stigma masyarakat. Bagi Kak Dita, menyadari dan berdamai dengan masa lalu adalah langkah penting untuk melanjutkan hidup. Ia percaya bahwa luka batin sering kali berakar dari masa kecil dan lingkungan keluarga. Bila luka ini tidak disembuhkan, efeknya bisa terbawa ke dalam kehidupan dewasa, bahkan mempengaruhi cara seseorang memperlakukan orang lain, termasuk pasangan dan anak-anak mereka.

Dyta berharap buku ini dapat menginspirasi pembaca untuk lebih mengenal dan menerima diri sendiri, serta memahami bahwa keikhlasan bukan hanya soal menerima kondisi yang ada, tetapi juga merangkul proses menyembuhkan luka batin. Dengan membaca “Pastikan Ikhlasmu Itu Luas”, Dyta berharap banyak orang dapat merasakan ketenangan dan mendapatkan insight untuk lebih jujur pada diri sendiri, menghadapi permasalahan hidup, dan memupuk hubungan yang sehat dengan orang-orang di sekitar.

https://youtu.be/Svhay_hyz2w?feature=shared

 

Pastikan Ikhlasmu Itu Luas: Bangkit dan Sembuh Bersama Luka

pastikan-ikhlasmu-itu-luas

Retno LaDyta , dalam buku PASTIKAN IKHLASMU ITU LUAS, mengajak pembaca untuk merenungi makna ikhlas dalam menghadapi luka dan trauma yang tak terelakkan. Melalui gaya bahasa yang reflektif dan menguatkan, LaDyta  menyampaikan bahwa setiap luka yang kita bawa, baik dari keluarga, pertemanan, atau kisah asmara, pada akhirnya mengajarkan kita untuk bergantung pada diri sendiri. Buku ini mengingatkan bahwa berjuang sendiri memang berat, namun dari sanalah kekuatan ikhlas yang sebenarnya bisa lahir. Cocok untuk mereka yang sedang dalam proses pemulihan dan ingin lebih memahami arti ketenangan batin.

 

Yuk koleksi buku ini dan kamu bisa memperoleh di toko buku Gramedia dan toko buku Online kesayangan kamu. Ingat ya beli buku yang asli, bukan bajakan.

Dari Hobi Baca Majalah Bobo hingga Suka Buku Berat: Kisah Alya Menjadi Content Creator Buku

buku-buku

Hai, Gen Z! Kali ini, kita akan membahas Alya, seorang content creator buku yang perjalanan bacanya dimulai dari majalah Bobo hingga buku-buku berat seputar filsafat dan pengembangan diri. Dalam sesi podcast Behind the Book bareng Andini Aprilia, Alya berbagi kisah serunya tentang bagaimana hobi membacanya di masa kecil kini berubah menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Bukan cuma soal menikmati cerita, tapi juga membagikan wawasan dan inspirasi ke lebih banyak orang lewat media sosial. Yuk, simak cerita Alya lebih lanjut!

Awal Mula Jadi Content Creator Buku

Alya mengaku kalau dirinya mulai serius bikin konten buku di masa pandemi. Meski latar belakang pekerjaannya sudah seputar pembuatan konten, awalnya dia nggak pernah terpikir untuk menunjukkan sisi dirinya sebagai content creator. Tapi karena pandemi, kegiatan sehari-harinya jadi lebih terbatas. Alya yang saat itu sedang menempuh kuliah S2 memanfaatkan waktu luangnya untuk menyalurkan hobinya, membaca buku.

“Awalnya cuma iseng-iseng doang sih, terus lama-lama akun aku jadi banyak ditemukan orang. Mau nggak mau jadi harus konsisten bikin konten,” cerita Alya.

Kini, Alya mengakui kalau dia tetap menjadi content creator part-time karena pekerjaannya di dunia kantoran sudah cukup menyita waktu.

Perjalanan Membaca dari Komik Hingga Buku Filsafat

Waktu kecil, Alya mengaku lebih suka baca majalah Bobo dan komik dibanding buku tebal. “Aku bukan tipe yang suka baca buku berat, apalagi buku sejarah atau filsafat. Waktu sekolah juga perpustakaan sekolah nggak terlalu update bukunya, jadi aku lebih sering baca di rumah,” ujarnya.

Namun, saat memasuki usia 20-an, perspektif Alya berubah. Lingkungan kerjanya yang ambisius dan teman-teman yang suka baca buku pengembangan diri membuat Alya penasaran dengan buku-buku seperti Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat dan Filosofi Teras. Meskipun awalnya skeptis dengan buku-buku pengembangan diri, Alya akhirnya menemukan bahwa buku-buku tersebut bisa mengubah cara pandangnya terhadap banyak hal.

“Awalnya aku mikir, apa benar buku bisa mengubah cara kita berpikir? Ternyata bisa banget! Banyak hal yang selama ini aku anggap biasa saja, ternyata salah. Buku membantu aku memvalidasi pengalaman dan perspektif aku yang baru,” jelasnya.

Menyebarkan Cinta Membaca Lewat Instagram dan TikTok

Dengan semangat yang baru terhadap literasi, Alya mulai membagikan ulasan buku-buku yang dia baca di Instagram dan TikTok. Kontennya nggak cuma sekedar rekomendasi, tapi juga memberikan konteks kenapa orang perlu membaca buku tersebut.

“Aku nggak mau cuma bilang, ‘Baca buku ini deh, bagus.’ Aku kasih tahu dulu kenapa buku ini penting untuk dibaca, apa manfaatnya, dan apa yang bisa kita pelajari dari buku itu,” kata Alya.

Dia ingin mendorong orang-orang yang mungkin merasa skeptis tentang pentingnya membaca untuk memberi kesempatan pada buku-buku tersebut. Alya juga mengakui bahwa kadang membaca buku tebal bisa menakutkan, tapi dengan pemahaman yang tepat, membaca bisa jadi pengalaman yang menyenangkan.

 

BACA JUGA : Cheers to the Moments: Menikmati Setiap Langkah Perjalanan Hidupmu

 

Kecintaan Alya Terhadap Buku Edukasi

Selain buku pengembangan diri, Alya juga punya cerita menarik tentang kecintaannya pada buku-buku edukasi sejak kecil. Salah satu favoritnya adalah seri komik 3 Menit Pengetahuan yang menampilkan karakter-karakter seperti siluman penguin dan Dracula.

“Aku inget banget pertama kali aku minta hadiah ulang tahun, aku request buku komik ini karena seru banget. Isinya tuh edukasi tapi disampaikan dengan cara yang lucu dan menarik,” kenangnya.

Meski sudah dewasa, Alya masih suka mencari buku-buku komik edukasi ketika ada bazar buku. Menurutnya, itu adalah salah satu cara dia terus belajar dan mendapatkan pengetahuan baru dengan cara yang fun.

 

alya putri

 

Menyebarkan Manfaat Membaca

Alya percaya bahwa membaca buku bukan cuma soal menambah wawasan, tapi juga soal mengubah cara pandang kita terhadap dunia. Itulah yang dia coba sebarkan melalui konten-kontennya di media sosial.

“Buat aku, membaca buku itu seperti membuka jendela ke dunia lain. Kadang kita nggak tahu apa yang kita butuhkan sampai kita membaca sesuatu yang membuat kita berpikir, ‘Oh, ternyata dunia ini luas banget, ya,’” pungkas Alya.

Melalui kontennya, Alya berharap bisa menginspirasi lebih banyak orang, terutama Gen Z, untuk mulai membaca. Siapa tahu, seperti Alya, kamu juga bisa menemukan sisi baru dari diri kamu lewat buku yang tepat!

 

 

 

=

Cheers to the Moments: Menikmati Setiap Langkah Perjalanan Hidupmu

alya putri

Hai, Gen Z! Pernah nggak sih kamu merasa seperti sedang menjalani momen besar, tapi kamu nggak benar-benar menikmati atau merasakannya sepenuh hati? Wisuda, pencapaian, bahkan perayaan kecil sehari-hari kadang terlewat begitu saja karena pikiranmu udah sibuk ke tahap berikutnya, atau malah terlalu khawatir sama apa yang bakal terjadi besok. “Aku pernah ada di posisi itu, dan mungkin kamu juga,” ucap Alya Putri. Dia menyampaikan dalam bukunya Cheers! Celebrate Your Life

 

Foto-foto Wisuda Tapi Kok Nggak Ngerasa Bahagia?

Ada satu momen penting yang aku lewati tanpa benar-benar sadar: wisuda. Kamu tahu kan, momen yang seharusnya penuh kebahagiaan, penuh senyum, dan foto-foto bareng teman-teman. Tapi yang aku rasakan malah kayak datar aja. Semua orang di sekitarku merayakan, tapi di dalam hati, aku merasa kosong. Kok bisa? Harusnya aku bahagia, kan? Tapi ternyata, aku malah bingung kenapa momen yang aku impikan sejak lama terasa nggak ‘kena’ di hati.

Dari situ, aku mulai mikir: kenapa aku nggak izinin diri sendiri buat stay di momen bahagia itu? Kenapa aku buru-buru lanjut ke langkah berikutnya tanpa menikmati hari ini? Rasa takut kalau kebahagiaan hari ini bakal diikuti masalah besar besok bikin aku ragu. Tapi, siapa yang bisa prediksi masa depan? Kita nggak bisa kendaliin apa yang terjadi besok, jadi kenapa kita nggak menikmati aja hari ini?

 

Nikmatin Hari Ini, Bukan Nunggu Timing yang Pas

Kita sering mikir kalau kebahagiaan itu ada waktunya sendiri, nunggu momen yang ‘perfect’. Padahal, nggak ada yang salah sama kebahagiaan yang kita rasakan sekarang, meski cuma hal kecil. Kenapa nggak kita rayakan aja hal-hal sederhana itu? Besok mungkin ada tantangan baru, tapi itu urusan besok. Hari ini adalah tentang menikmati kemenangan kecil, meski hanya sekadar menyelesaikan tugas atau menikmati secangkir kopi di pagi hari.

 

Perjalanan Nggak Selalu Terlihat – dan Itu Oke!

Di balik setiap pencapaian, ada proses panjang yang sering kali nggak dilihat orang lain. Kamu mungkin sering lihat orang sukses di media sosial dan merasa perjalanan mereka mulus. Tapi kenyataannya, proses itu sering kali tersembunyi. Banyak dari kita lebih milih buat cerita setelah semuanya selesai, karena takut gagal di tengah jalan. Aku juga dulu ngerasain itu—ngerjain sesuatu, termasuk menulis buku, tapi nggak cerita ke siapa-siapa sampai benar-benar selesai.

Ternyata, nggak ada salahnya cerita di tengah jalan. Proses itu penting, dan nggak apa-apa kok kalau kita gagal. Kadang, kegagalan justru jadi bagian dari cerita yang lebih menarik. Dan pas aku akhirnya selesai menulis buku *Cheers*, aku sadar bahwa proses dan momen-momen kecil itulah yang paling berarti.

Menghargai Proses dan Merayakan Hal Kecil

Buku *Cheers* ini sebenarnya adalah refleksi dari perjalanan hidup. Bukan cuma tentang pencapaian besar, tapi juga tentang bagaimana kita bisa cherish the moment—menghargai setiap langkah, setiap proses, tanpa harus terlalu overthinking. Kita sering kali mikir, “Emang boleh ya kita merayakan hal kecil ini?” Jawabannya: tentu saja! Hidup nggak selalu soal hal besar, tapi tentang gimana kita bisa menikmati hal-hal kecil yang memberi warna pada perjalanan kita.

Pesan untuk Kamu: Jangan Takut untuk Berproses

Gen Z, kalau ada satu hal yang ingin aku bagikan lewat pengalaman ini, itu adalah jangan takut untuk menikmati momen sekarang. Jangan tunggu semuanya sempurna dulu. Hidup ini adalah rangkaian proses yang terus berjalan, dan setiap detiknya berharga. Nggak apa-apa kalau kamu nggak selalu punya jawaban atas segalanya. Nggak apa-apa kalau kamu butuh waktu untuk mencapai tujuanmu. Yang penting, kamu izinin dirimu untuk merasa, untuk mengalami, dan untuk tetap bersyukur di setiap langkah.

Jadi, cheers untuk hari ini! Apa pun yang kamu hadapi, besar atau kecil, layak untuk dirayakan.

Belajar Tetap Cheers Kapan pun dan Di mana pun

Artikel di atas membahas tentang pengalaman dan perjalanan seseorang Alya yang menulis buku berjudul Cheers. Buku ini lahir dari proses panjang yang tidak terencana, namun penuh dengan pemikiran mendalam dan refleksi diri. Penulisnya, yang merupakan seorang book reviewer, awalnya ragu untuk menulis karya sendiri karena khawatir dengan orisinalitas dan kemungkinan plagiarisme. Namun, setelah mengalami fase quarter life crisis, di mana dia mulai merasa kosong meskipun telah mencapai banyak hal seperti pendidikan dan karier, muncul dorongan untuk menulis.

cheers

Cheers sendiri adalah kumpulan pemikiran Alya yang merespon buku-buku yang sudah dibaca, dan menyajikannya dengan cara yang mengajak pembaca ikut berpikir. Buku ini berusaha menampilkan keseimbangan antara kebahagiaan dan kesedihan dalam menjalani hidup. Dengan pendekatan filosofis yang terinspirasi dari Filosofi Teras dan stoikisme, penulis mencoba menyampaikan pesan bahwa kita harus merayakan setiap momen kehidupan, baik yang bahagia maupun sulit.

Penulis juga mengangkat fenomena kontradiktif di mana orang sering kali merasa tidak boleh membagikan kebahagiaan karena dianggap berlebihan, sementara kesedihan juga jarang dibagikan. Ini membuat penulis berpikir bahwa hidup tidak seharusnya dibatasi oleh norma-norma yang tidak memberi ruang bagi kita untuk merayakan momen-momen penting dalam hidup. Bagi penulis, penting untuk menikmati setiap proses yang dilalui, bahkan ketika menghadapi kebingungan atau tantangan, karena itu adalah bagian dari perjalanan hidup yang perlu dirayakan.

Pesan utama buku Cheers adalah merangkul kehidupan dengan semua tantangan dan kebahagiaannya, dan tidak takut untuk membagikan momen-momen tersebut. Penulis mengingatkan kita bahwa setiap orang berhak merayakan pencapaiannya tanpa merasa bersalah atau takut dihakimi.

Artikel di atas bersumber dari podcast Behind The Books yang bisa kamu simak lebih lengkap di link ini.

 

 

 

Rindu dan Realitas: Buku Lena yang Akan Membantu Kamu Move On

coretan lena

 

Hai teman-teman Gen Z! 🤗 Pernahkah kalian merasa kehilangan seseorang yang sangat berarti dan harus berjuang untuk move on? Kali ini, kita bakal bahas buku terbaru dari Lena yang berjudul “Aku Kalah, Aku Merindukanmu”. Buku ini adalah perjalanan emosional yang bakal mengajak kalian merasakan bagaimana rasanya menghadapi perasaan yang belum sepenuhnya sembuh.

Lena, penulis yang sebelumnya dikenal lewat karya-karya seperti “Maaf, Ternyata Aku Tidak Sekuat Itu” dan “Sendiri, Gak Apa-apa”, kini kembali dengan buku ketiganya. Dalam buku ini, Lena mengeksplorasi tema yang sangat relatable: bagaimana rasanya merasa kalah dalam cinta dan berjuang untuk move on. 

Buku ini bukan hanya sekedar novel romansa biasa. Dalam “Aku Kalah, Aku Merindukanmu”, Lena menulis dengan sangat personal. 70% dari cerita ini terinspirasi langsung dari pengalaman pribadinya, membuatnya sangat autentik dan mendalam. Lena mengakui bahwa menulis buku ini seperti membuka luka lama, namun juga merupakan langkah penting untuk berdamai dengan perasaan sendiri.

Judul “Aku Kalah, Aku Merindukanmu” bukan sekadar nama. Ini adalah gambaran nyata dari isi buku yang menceritakan tentang seseorang yang merasa kalah karena masih merindukan seseorang yang sudah bahagia dengan orang lain. Lena mengungkapkan betapa sulitnya mengatasi perasaan kangen yang mendalam, terutama ketika dia merasa dirinya sudah berada di versi terbaiknya, tapi tetap harus sendirian.

Lena mengungkapkan bahwa menulis buku ini adalah tantangan tersendiri. Dia harus membuka kembali luka lama dan mengatasi perasaan yang masih menyakitkan. Namun, menurut Lena, proses ini penting karena karya yang indah sering kali lahir dari luka dan kesedihan. Bagi Lena, menulis adalah cara untuk menyembuhkan diri sendiri dan membantu orang lain yang mungkin mengalami hal serupa.

Dalam buku ini, Lena juga menceritakan berbagai kenangan indah dan pelajaran yang didapat dari hubungannya di masa lalu. Misalnya, dia menyadari betapa spesialnya pengalaman berbagi momen-momen sederhana bersama orang yang dicintai, seperti berkeliling kota atau menonton film bersama. Lena menekankan bahwa meskipun hubungan tersebut telah berakhir, kenangan-kenangan tersebut tetap berharga dan membentuk siapa dia sekarang.

 

aku kalah aku merindukanmu

 

Bagi kalian yang mungkin sedang berjuang untuk move on, Lena punya beberapa tips. Pertama, terima perasaan kalian. Jangan terburu-buru untuk move on dan rasakan semua perasaan kalian terlebih dahulu. Merasa kalah adalah bagian dari proses. Kedua, jangan lari dari rasa sakit. Menghindari perasaan hanya akan memperpanjang penderitaan. Hadapi rasa sakit kalian dengan berani. Dan terakhir, jangan memaksakan orang baru untuk menyembuhkan luka. Ini adalah tugas diri sendiri untuk sembuh, bukan tanggung jawab orang baru.

“Aku Kalah, Aku Merindukanmu” adalah buku yang bukan hanya tentang cinta dan perpisahan, tetapi juga tentang bagaimana kita belajar dari pengalaman kita dan bergerak maju dengan lebih kuat. Jadi, jika kalian mencari sebuah bacaan yang bisa menyentuh hati dan memberikan perspektif baru tentang cinta dan kehilangan, buku ini patut untuk dibaca! 📚💔

Jangan lupa cek buku ini di Gramedia dan temukan lebih banyak tentang perjalanan emosional Lena yang pasti akan membuat kalian merenung dan mungkin merasa tidak sendirian dalam perjuangan kalian.

 

Sumber konten dari (2) Aku Kalah Aku Merindukanmu – YouTube

 

 

 

BACA JUGA : Meluruhkan Pilu: Kisah Ekspresi Diri dan Seni Dyssa Chrysilla Caitlin

 

 

Meluruhkan Pilu: Kisah Ekspresi Diri dan Seni Dyssa Chrysilla Caitlin

Dyssa Chrysilla Caitlin

Dyssa Chrysilla Caitlin, seniman muda, baru saja merilis buku perdananya berjudul Meluruhkan Pilu. Dalam podcast Behind The Book (BTB), Dyssa membagikan kisahnya tentang bagaimana ia menyalurkan perasaan dan pengalaman emosionalnya melalui seni. Buku ini menjadi media tempat ia menuangkan perjalanan batinnya dan menghadapi kesedihan dengan cara yang penuh makna.

 

Dyssa menjelaskan bahwa melukis adalah bentuk terapi yang membantunya mengatasi berbagai perasaan sulit. Seni ini memberinya kebebasan untuk mengekspresikan emosi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dalam setiap goresan kuas, ia menemukan cara untuk meredakan luka batin dan mencapai kedamaian. Karya seninya menjadi cermin dari proses penyembuhan yang ia alami.

 

Selain melukis, Dyssa memiliki kebiasaan mendengarkan musik sebagai bagian dari proses kreatifnya. Baginya, musik bukan hanya latar, tetapi juga inspirasi yang membantu menciptakan suasana dan membimbing emosinya saat bekerja di atas kanvas. Kombinasi antara seni visual dan musik ini memungkinkan Dyssa menghasilkan karya yang lebih mendalam dan autentik.

 

Dalam buku Meluruhkan Pilu, Dyssa memberikan ruang bagi pembaca untuk turut serta dalam proses kreatifnya. Buku ini mengajak pembaca untuk berinteraksi melalui berbagai tantangan yang mendorong ekspresi diri. Dengan demikian, buku ini tidak hanya menawarkan cerita, tetapi juga pengalaman personal bagi setiap pembacanya.

 

Salah satu pesan penting yang disampaikan Dyssa adalah perlunya menempatkan harapan pada diri sendiri. Ia menyarankan agar seseorang tidak menggantungkan harapan kepada orang lain, karena itu sering kali membawa kekecewaan. Harapan harus tumbuh dari dalam diri, dan dari situ akan muncul kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup.

 

Simbol kupu-kupu sering digunakan Dyssa dalam karyanya untuk melambangkan transformasi. Ini merefleksikan perubahan dari masa sulit menuju pertumbuhan dan kebahagiaan. Proses ini tidak selalu mudah, tetapi Dyssa meyakini bahwa seni bisa menjadi alat yang kuat untuk mengatasi kegelapan dan menemukan cahaya di baliknya.

 

Selain menciptakan karya pribadi, Dyssa juga mengadakan workshop melukis. Melalui kegiatan ini, ia ingin menciptakan ruang di mana orang-orang bisa terhubung, berbagi pengalaman, dan mengekspresikan diri mereka melalui seni. Workshop ini membantu membentuk komunitas yang mendukung, di mana setiap individu dapat saling belajar dan tumbuh bersama.

 

Dengan Meluruhkan Pilu, Dyssa menunjukkan bahwa seni adalah alat yang kuat untuk menghadapi kesedihan, menyalurkan emosi, dan menemukan harapan. Baik melalui melukis, menulis, maupun musik, ia mengajak orang lain untuk menjadikan seni sebagai bagian dari proses penyembuhan diri dan menemukan kedamaian.

Meluruhkan Pilu Aku-Jatuh Cinta dengan Ketidakmungkinan Kita

Jika kamu belum membaca Meluruhkan Pilu karya Dyssa Chrysilla Caitlin, inilah saat yang tepat untuk mengeksplorasi perjalanan emosional yang mendalam melalui seni dan kata-kata. Buku ini lebih dari sekadar bacaan biasa – ini adalah undangan untuk mengekspresikan diri, menemukan kedamaian, dan terlibat dalam proses kreatif yang menyembuhkan. 

Dengan setiap halaman, kamu diajak untuk merenung, berpartisipasi dalam tantangan kreatif, dan mungkin menemukan cara baru untuk menghadapi perasaanmu sendiri. Meluruhkan Pilu bukan hanya tentang Dyssa, tetapi tentang kamu juga. Temukan harapan dan inspirasi melalui seni dan ekspresi diri. Jangan lewatkan kesempatan untuk menyelami pengalaman ini!

*Konten tulisan di atas disarikan dari podcast BTB

 

Review Buku: “Copywriting Starter Pack” Karya Fadel Yulian

Di era pemasaran digital yang berkembang pesat, kemampuan copywriting yang efektif menjadi salah satu keterampilan yang sangat dibutuhkan. Buku “Copywriting Starter Pack” oleh Fadel Yulian hadir sebagai panduan lengkap untuk mempelajari seni menulis konten iklan yang dapat meningkatkan penjualan dan membangun merek secara efektif.

Menjelajahi Konsep Dasar Copywriting

Salah satu kekuatan utama buku ini adalah kemampuannya dalam menyajikan konsep dasar copywriting dengan cara yang mudah dipahami. Fadel Yulian memulai dengan memperkenalkan pembaca pada prinsip-prinsip dasar menulis iklan, menjelaskan bagaimana kata-kata dapat memengaruhi perilaku audiens dan mendorong tindakan yang diinginkan. Buku ini menjelaskan teknik-teknik menulis yang dapat membuat pesan Anda lebih persuasif dan menarik, mulai dari pemilihan kata hingga struktur kalimat.

Memahami Dunia Pemasaran

Selain mengajarkan teknik copywriting, “Copywriting Starter Pack” juga memberikan wawasan mendalam tentang dunia pemasaran secara keseluruhan. Pembaca akan mempelajari bagaimana menempatkan konten iklan dalam konteks pemasaran yang lebih luas, memahami perilaku konsumen, dan mengidentifikasi cara terbaik untuk menyampaikan pesan kepada audiens target. Dengan pengetahuan ini, pembaca dapat membuat strategi pemasaran yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan pasar.

 

Kreativitas dalam Berbagai Media

Di dunia yang serba digital, penting untuk memiliki keterampilan menulis yang fleksibel. Fadel Yulian menjelaskan bagaimana menyesuaikan konten iklan untuk berbagai platform dan media, mulai dari media sosial hingga email marketing dan website. Buku ini menawarkan strategi untuk menulis konten yang efektif di setiap platform, dengan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik dan audiens masing-masing media. Ini membantu pembaca untuk lebih adaptif dan kreatif dalam menyampaikan pesan mereka.

 

Persiapan untuk Dunia Profesional dan Wirausaha

“Copywriting Starter Pack” tidak hanya membahas keterampilan teknis dalam menulis iklan tetapi juga mempersiapkan pembaca untuk terjun ke dunia profesional dan wirausaha. Buku ini memberikan tips praktis tentang cara membangun portofolio, mencari klien, dan mengembangkan personal branding. Fadel Yulian berbagi pengalaman dan strategi yang dapat membantu pembaca memulai karier mereka di bidang copywriting, serta bagaimana cara membangun reputasi yang kuat di industri.

 

Mengasah Kemampuan dengan Latihan dan Contoh Praktis

Buku ini juga dilengkapi dengan latihan-latihan praktis yang dirancang untuk mengasah kemampuan menulis pembaca. Fadel Yulian menyertakan contoh-contoh konten iklan yang sukses serta studi kasus yang menunjukkan bagaimana teknik-teknik tertentu dapat diterapkan dalam situasi nyata. Latihan-latihan ini membantu pembaca untuk menguji kreativitas mereka dan meningkatkan keterampilan menulis secara langsung.

 

copywriting starter pack

 

Menghadapi Tantangan dan Etika dalam Copywriting

Fadel Yulian juga membahas tantangan-tantangan yang mungkin dihadapi copywriter, termasuk bagaimana menangani kritik dan menjaga integritas dalam penulisan. Buku ini menekankan pentingnya etika dalam copywriting, mengingat persaingan yang ketat dan godaan untuk menggunakan taktik manipulatif. Dengan menekankan prinsip-prinsip etika, buku ini membantu pembaca untuk membangun hubungan yang lebih kuat dan lebih jangka panjang dengan audiens mereka.

“Copywriting Starter Pack” adalah sumber daya yang sangat berharga bagi siapa saja yang ingin menguasai seni menulis konten iklan yang efektif. Dengan pendekatan yang komprehensif dan praktis, Fadel Yulian memberikan panduan yang jelas dan mendalam untuk memahami dan menerapkan teknik-teknik copywriting yang sukses. 

Buku ini tidak hanya cocok untuk pemula tetapi juga bagi mereka yang ingin memperdalam keterampilan mereka dan membangun karier di bidang copywriting. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari buku ini, pembaca akan siap menghadapi tantangan dunia pemasaran yang dinamis dan kompetitif.

 

 

Menggali Potensi Kreatif Melalui Seni Copywriting 

ngobrol copywriting

Artikel ini disarikan dari percakapan di podcast channel Behind The Book, bersama Fadel Yulian, penulis buku “COPYWRITING STARTER PACK – Belajar Menulis Konten Jualan dari Dasar sampai Jago!”. Dalam podcast tersebut, Fadel berbagi wawasan mendalam tentang dunia copywriting, mulai dari pentingnya pemahaman psikologi audiens hingga strategi untuk mengasah kreativitas dalam menulis konten yang efektif. Fadel menekankan bahwa copywriting bukan hanya soal menulis kata-kata indah, tetapi juga bagaimana menciptakan pesan yang kuat dan berdampak, yang mampu menggerakkan audiens untuk bertindak.

Copywriting adalah seni yang menggabungkan kreativitas dan strategi untuk menciptakan pesan yang kuat dan efektif. Ketika aku pertama kali memasuki dunia ini, aku belum sepenuhnya memahami pentingnya peran seorang copywriter. Namun, seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa kata-kata memiliki kekuatan untuk membentuk citra, mempengaruhi perilaku, dan menghubungkan produk atau jasa dengan audiens yang tepat.

Copywriting bukan hanya tentang menulis kata-kata yang menarik, tetapi juga tentang memahami psikologi audiens. Setiap kata yang dipilih harus memiliki dampak yang mendalam, sesuai dengan kebutuhan dan harapan target pasar. Misalnya, dalam industri kecantikan, copywriting harus menyentuh sisi emosional konsumen, seperti meningkatkan kepercayaan diri atau memberikan pengalaman yang memuaskan. Sementara itu, dalam produk teknologi, pesan harus menekankan inovasi, keandalan, dan efisiensi.

 

Pentingnya Riset dan Adaptasi dalam Proses Membuat Copywriting

Proses copywriting dimulai dengan riset mendalam. Memahami produk yang akan dipromosikan, audiens yang dituju, dan tren pasar terkini adalah langkah krusial untuk menciptakan konten yang relevan dan menarik. Belajar dari kampanye sukses merek-merek besar juga menjadi sumber inspirasi yang tak ternilai.

Dalam era digital, copywriting juga harus bisa beradaptasi dengan berbagai platform. Setiap platform memiliki karakteristik yang berbeda, dan pesan yang efektif di satu platform belum tentu berhasil di platform lain. Misalnya, iklan di Instagram dan Twitter memerlukan pendekatan yang ringkas dan visual, sementara blog atau artikel membutuhkan gaya penulisan yang lebih informatif dan mendalam.

 

Buku “Copywriting Starter Pack” Sebagai Panduan

Melalui buku “Copywriting Starter Pack”, Fadel ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman yang telah aku kumpulkan selama bertahun-tahun. Buku ini dirancang untuk pemula maupun mereka yang sudah berpengalaman dalam dunia copywriting. Di dalamnya, terdapat berbagai teknik dan strategi yang dapat langsung diterapkan, serta contoh-contoh praktis yang bisa dijadikan referensi.

Selain itu, buku ini juga menyertakan tips tentang cara membangun portofolio, mencari klien, dan mengembangkan personal branding. Semua ini bertujuan untuk membantu pembaca menemukan langkah yang tepat dalam perjalanan mereka menjadi copywriter yang sukses.

BACA JUGA: Review Buku: “Copywriting Starter Pack” Karya Fadel Yulian – (gradienmediatama.com)

Pentingnya Kolaborasi dan Etika dalam Copywriting

Menjadi seorang copywriter bukan hanya tentang kemampuan menulis, tetapi juga kemampuan berpikir strategis dan bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari desainer hingga pemilik bisnis. Kolaborasi sering kali menghasilkan ide-ide terbaik, yang memperkaya hasil akhir.

Namun, di tengah persaingan yang ketat, etika tetap harus dijaga. Menggunakan taktik manipulatif mungkin dapat menghasilkan penjualan jangka pendek, tetapi hubungan jangka panjang dengan audiens jauh lebih berharga. Copywriting yang beretika, yang dibangun di atas kepercayaan dan transparansi, adalah fondasi yang kokoh untuk kesuksesan jangka panjang.

 

Masa Depan Copywriting di Era Digital

Seiring kemajuan teknologi, copywriting terus berkembang. Ada kekhawatiran bahwa peran copywriter mungkin tergantikan oleh mesin. Namun, emosi, empati, dan kreativitas adalah hal-hal yang hanya bisa dihadirkan oleh manusia. Meskipun teknologi dapat mempercepat proses kreatif, sentuhan manusia tetap tak tergantikan, menjadikan copywriting tetap relevan di masa depan.

Aku berharap “Copywriting Starter Pack” dapat menjadi panduan yang bermanfaat bagi siapa pun yang ingin menekuni dunia copywriting. Dengan semangat yang tepat, siapa pun bisa menjadi copywriter yang handal dan mampu menciptakan konten yang tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga mampu menggerakkan orang untuk bertindak.

 

copywriting starter pack

Perjalanan Menjadi Seorang Copywriter

Menjadi seorang copywriter adalah sebuah perjalanan tanpa akhir. Setiap proyek, klien, dan tantangan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang. Jangan pernah berhenti menulis, belajar, dan bermimpi. Semoga buku ini bisa menjadi teman setia dalam perjalanan kreatif Anda, memberikan inspirasi, pengetahuan, dan dorongan untuk mencapai kesuksesan di dunia copywriting.

Yuk, terus asah kreativitas dengan belajar copywriting agar tujuan kampanye produk atau jasamu tercapai dan tentu saja kamu tambah jago jualan lewat kata-kata yang mengena di hati customer-mu.